A.
Latar Belakang
Kebudayaan adalah hasil karya cipta(pengolahan,pengerakan,
dan pengarahan terhadap alam)oleh manusia dengan kekuatan
jiwa(pikiran,perasaan,instuisi,dan imajinasi)[1].
Menurut M.nasroen “kebudayaan itu adalah hasil yang nyata dari pertumbuhan dan
perkembangan rohani dan kecerdasan suatu bangsa.
Oleh sebab itu, Islam disebut juga sebagai
agama yang “hadir di mana-mana”( sebuah pandangan yang meyakini bahwa di
mana-mana kehadiran Islam selalu memberikan panduan etik yang benar bagi setiap
tindakan manusia).termasuk dalam pengembangan kebudayaan. Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi
peradaban baru yang tinggi yang dikenal dengan “peradaban Islam” yang dalam
sejarahnya telah memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban
dunia.
Indonesia adalah negara makmur akan kekayaan alam dan sumber daya
manusia-nya, Negara yang disalamnya terdapat berbagai ragam suku,kebudayaan,dan
bahasa. Hal
ini dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia menjadi suatu keunikan(ciri dasar)
tersendiri. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya memeluk
agama islam. Perkembangan agama islam dan kebudayaan Indonesia saling
berkesinambungan menyebabkan terjadinya akulturasi budaya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hubungan islam dan
kebudayaan di Indonesia?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui hubungan islam dan kebudayaan di Indonesia
PEMBAHASAN
A.
Hubungan islam dan kebudayaan di Indonesia
“Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja; Islam
adalah satu kebudayaan yang lengkap”. Demikian diungkapkan oleh H.A. Gibb dalam
bukunya yang terkenal Wither Islam. Seperti keyakinan umum yang
berkembang di kalangan umat Islam bahwa Islam adalah agama yang universal dan
komprehensip meliputi berbagai bidang (Q.S.16:89), meskipun penjelasannya ada
yang bersifat rinci dan garis besar.
Masuknya islam ke Indonesia:
1.
Waktu
Secara garis besar ada dua pendapat
a.
Abad ke-13 M,pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana
lama,antara lain N.H Krom dan Van Den Berg.
b.
Abad ke 7-8 M,pendapat ini dikemukakan oleh Hadji Agus
Salim,M. Zainal Arifin,Hamka.
2.
Tempat
Secara garis
besar ada tiga pendapat:
a.
India(Van Den Berg,Snouck Hurgrounce).
Teori di dukung oleh kenyataan bahwa di
Sumatera bagian utara(Aceh) terdapat perkumpulan orang-orang Persia sejak abad
ke-15. Merisson juga menguatkan pendapat ini,dan kedtangan ulama bernama
Al-Qadhi Sayyid As-Syirazy dari persia dikerajaan Samudra Pasai ikut juga
sebagai penguat teori Persia.
b.
Persia(P.A.Hoesein Djadjaningrat).
Adnya pernyataan bahwa islam masuk ke
nusantara berasal dari Dakka, India. Penggagas teori ini berdasar penelitian
pada kesamaan mazhab yang dianut kaum islam di nusantara dan di Gujarat.
c.
Arab(Hamka).
Teori ini menurut sejarawan dikarenakan adalah
sebagai tempat lahirnya islam.
3.
Penyebar
Secara garis besar da dua pendapat:
a.
Disebarkan oleh para saudagar muslim,diantaranya
Moens(Persia), Husein Nainar(India), Hamka(Arab)
Sejak awal perkembangannya, Islam di Indonesia telah menerima
akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan
norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Akulturasi antara Islam dan budaya local ini
kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu
kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap
pengaruh kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik[3].
Dalam konteks inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi
budaya masyarakat Indonesia.
Di sisi lain budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang
dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan
dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan
“akulturasi budaya”, antara budaya local dan Islam. Budaya-budaya local yang
kemudian berakulturasi dengan Islam antara lain acara tingkeban slametan (3,7,40,100,
dan 1000 hari) di kalangan suku Jawa.
Dalam bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di
Jawa. Wayang merupakan
kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu India. Proses
Islamisasi tidak menghapuskan kesenian ini, melainkan justru memperkayanya,
yaitu memberikan warna nilai-nilai Islam di dalamnya melalui cerita-cerita wayang ulama
menyisipkan ajaran islam di dalamnya sehingga masyarakat dengan mudah menangkap
dan memahami ajaran islam,contohnya sunan kalijaga memanfaatkan seni wayang
untuk proses islamisasi dengan mengadakan pertunjukan wayang dan karcis tanda
masuknya cukup dengan mengucap kalimat syahadah.
Selain itu hasil karya sunan kalijaga yang
lain-nya adalah dalam seni batik, corak batik yang diberi motif burung, burung
dalam bahasa kawi disebut kukula, kata tersebut dalam bahasa arab
ditulis qu artinya adalah “jagalah” dan qila artinya “diucapkan”
dan bila digabungkan maka maksudnya adalah “peliharalah ucapanmu
sebaik-baiknya” yang menjadi salah satu ajaran etnik sunan kalijaga melalui
corak batik. Tidak hanya dalam bidang
seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di dalam masyarakat Jawa. Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara dalam taraf-taraf
tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan budaya
local.
Pada sisi lain, secara fisik
akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat misalnya: bentuk masjid
Agung Banten, menurut Babad
Demak, masjid agung Demak didirikan pada tahun 1399 Saka(1477 M) yang ditandai
candra sengkala yang berbunyi “Lawang Terus Gunaning Janmi”, akan tetapi pada
mihrab masjid terdapat gambar bulus sebagai lambang tahun 1401 Saka(1479 M).
Bangunan ini terbuat dari kayu ,atap tengahnya ditopang empat buah tiang kayu
yang dinamakan saka guru. Atapnya tersusun tiga tingkat yang merupakan
perlambang iman, islam, dan ihsan, sementara jendelanya yang enambuah
berlambang rukun iman. Sementara esensi
Islam terletak pada fungsi masjidnya[4]. Contoh lain percampuran ajaran islam dengan
kebudayaan Indonesia adanya simbolis “tiga kesatuan” yang dibuat oleh wali
songo, yang dimaksud tiga kesatuan disini adanya masjid, alun-alun, dan
kabupaten. Jika kita cermati mayoritas diberbagai kota besar di Jawa akan kita
temui tiga kesatuan ini dalam satu lingkup. Sebuah lapangan luas atau yang
identik disebut dengan alun-alun biasanya digunakan sebagai tempat rakyat
berkumpul untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan, alun-alun boasanya menjadi
pusat kota, biasanya disekitar tempat tersebut juga terdapat masjid dan kantor
kabupaten, kantor kabupaten adalah tempat bupati tinggal dan bekerja, kabupaten
dan alun-alun adalah lambang interaksi aktif antara raja dengan rakyatnya
sedangkan masjid adalah jantung aktivitas penguasa dan rakyatnya untuk
beribadah.
Tak hanya itu sejak lahirnya islam pada masa
pra-kolonial , islam mendorong kaum muslimin untuk memenuhi kebutuhan dalam
mengatur masalah agamanya sendiri. Pada masa ini raja dikerajaan islam pada
umumnya menggunakan gelar “sultan”, tak jarang para sultan sendiri adalah
orang-orang yang telah mendalami ajaran islam sehingga dalam diri mereka
tergabung dua fungsi, yaitufungsi penguasa sekaligus ahli agama[5].
Dalam bidang adat-istiadat yang berkembang di
Indonesia banyak dipengaruhi oleh ajaran islam, misalnya mayoritas dalam suatu
acara resmi biasanya selalu menggunakan kalimat salam berupa kalimat “assalamualaikum
warohmatullahi wabarokatuh”
Perkembangan islam mudah diterima oleh masyarakat
Indonesia, karena:
1. Agama islam bersifat tebuka, sehingga
penyiaran dan penyebarab agama islam dapat dilakukan oleh setiap orang islam.
2. Penyebrab agama islam dilakukan secara damai.
3. Islam tidak mengenal diskriminasi dan tidak
membedakan kedudukan seseorang dalam masyarakat.
4. Perayaan-perayaan dalam agama islam dilakukan
dengan sederhana.
5. Dalam islam adanya kewajiban mengeluarkan
zakat yang bertujuan untuk menciptakan kesejhteraan kehidupan masyarakar sosial
dengan adanya kewajiban zakat bagi yang mampu.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Indonesia.
Di sisi lain budaya-budaya local yang ada di masyarakat, tidak otomatis hilang
dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan
dengan mendapat warna-warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan
“akulturasi budaya”.
2.
Peradaban
Islam dalam
sejarahnya telah memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban
dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin,Dr, Prof. M.A,Dr.Abd Mujib,M.Ag,Dr.Jusuf Mudzakkir,M.Si,Kawasn
dan Wawasan Study Islam,Jakarta,Predana Mwdia, cet 1, 2005.
Anshari, saifudin, endang ,wawasan islam,jakarta, P.T Raja grafindo
persada, 1993.
TIM Penyusun MKD, Merevitalisasi Pend.Pancasila Sebagai Pemandu
Reformasi, Surabaya:IAIN SA Press, 2011.
Ayotrohaedi, Kepribadian budaya bangsa (local genius), Jakarta, Pustaka
Jaya, 1986.
Ambary, Muarif, Hasan, Menemukan Peradaban Islam arkeologi dan Islam di Indonesia, Jakarta,
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1998.
[1] Prof.Dr.Muhaimin,M.A,Dr.Abd Mujib,M.Ag,Dr.Jusuf
Mudzakkir,M.Si,Kawasn dan Wawasan Study Islam,(Jakarta:Predana Mwdia,cet
1,2005),100
[3] Ayotrohaedi Kepribadian
budaya bangsa (local genius), (Jakarta: PustaKa Jaya, 1986), hlm.
28-38.
[4] Hasan Muarif Ambary, Menemukan
Peradaban Islam arkeologi dan Islam di Indonesia, (Jakarta: Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional, 1998), hlm. 209.
[5] TIM Penyusun MKD,Merevitalisasi Pend.Pancasila Sebagai
Pemandu Reformasi,(Surabaya:IAIN SA Press,2011),367.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar