1.1.Latar Belakang
Sejarah filsafat pada masa kuno di mulai dengan
munculnya berbagai pemikiran yang mendalam tentang realitas atau alam yang ada
ini.Kesadaran ini memang awalnya merupakan renungan semata dari oarang-orang
yang dianggap bijak.Tetapi yang menarik bahwa renungan tersebut pada akhirnya
terumus dalam proposisi-proposisi yang sistematis dan logis.Dari sinilah
sejarah filsafat mulai muncul.Dalam catatan sejarah yang ada terutama sejarah
di barat,awal sejarah perkembangan filsafat dimulai dari milik milete,di Asia
kecil,sekitar tahun 600 SM.Pada waktu itu milete merupakan kota yang penting
yang mempertemukan jalu perdagangan antara Mesir,Itali,Yunani dan Asia.Kerena
merupakan kota Transit dari berbagai negara yang terlibat dalam perdagangan,maka
tidak menutup kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar belakang kebudayaan
dan pemikiran.Oleh karena tidak berlebihan jika kemudian kota milete juga
dikenal sebagai pusat Intelektualitas.
1.2.Rumusan Masalah
1)
Bagaimana pemikiran filsafat Yunani masa kuno?
2)
Bagaimana perkembangan filsafat pada zaman Yunani kuno?
2.1.Pemikiran Filfasat Masa Yunani Kuno
Pemikiran
Filsafat Yunani periode awal acapakali disebut sebagai flsafat alam.Penyebutan
tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan
perhatian pemikirannya lebih cenderung apa yang diamati di sekitarnya,yakni
alam semesta.[1]
Pada
masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya,akantetapi ketrerangan-keterangan ini berdasarkan
kepercayaaan.Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan-keterangan itu lalu
mencoba mencari keterangan melalui budinya.Mereka menanyakan dan mencari
jawabnya:apakah sebetulnya alam ini.Apakah intisari nya?.Mungkin yang beraneka
warna dalam alam ini dapat di pulangkan kepada yang satu atau yang tidak banyak
itu.Mereka mencari inti alam,denag istilah mereka:mereka mencari arche
alam.(Arche dalam bahasa Yunani berarti:mula,asal).[2]
Tokoh-tokoh
Filsuf pada masa Yunani kuno,antara lain:
1)
Thales
(624-546 SM)
Orang
Miletus itu digelari “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula
berfilsafat.Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat
mendasar,yang jarang diperhatikan orang,juga orang zaman sekarang:”What is the
nature of the world stuff ?”(Mayer,1950:18) Apa sebenarnya bahn alam semesta
ini?. Terlepas dari apapun jawabannya,pertanyaan ini saja telah dapat
mengangkat namanya menjadi filosof pertama.Ia sendiri mefnjawab air.Jawaban ini
sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas karena memunculkan pertanyaan baru
yaitu dari apa air itu?,Thales mengambil air sebagi asal alam semesta barang
kali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam
kehidupan,dan menurut pendapatnya buymi ini terapung diatas air (Mayer,1950:18).
Dari
pernyataan Thales tersebut maka dapat diketahui bahwa sesuatu yang sederhana
pun dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat kompleks.
2)
Anaximander
(610-546 SM)
Theophrastus
menggambarkannya sebagai penerus dan murid Thales. Seperti Thales, Anaximender
tampaknya juga campuran antara ahli astrologi, geologi, matematika, fisika dan
filosof. Menurut Agathemerus, orang pertama yang berani menggambar dunia yang
tak berpenghuni diatas tablet. Salah satu fragmen buku yang dikatakan telah (mengenai
alam).[3]
Anaximander
berpendapat bahwa benda pembentuk dunia yang asli adalah apeiron, suatu
substansi yang tidak memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron
sebagai sesuatu yang mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga
sebagai sesuatu makhluk dari mana semua langit dan dunia didalamnya
maujud:bumi, udara, api, dan air bagaimanapun juga digerakkan oleh substansi
yang tak terbatas.
Anaximander
percaya bahwa bumi bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga dari
lebarnya sehingga bumi seperti drum. Menurut Anaximender bumi tidak ditopang
oleh apa-apa, tetapi tetap berada pada jarak yang sama dari smua benda. Ia juga
berpendapat bahwa makhluk pertama yang hidup dilahirkan dalam kelembaban yang
melekat pada kulit kayu yang berduri dan kemudian mengalami perkembangan
kehidupan organik.[4]
3)
Anaximenes
(585-528 SM)
Adalah
yang ketiga dari trio filosof yang dikenal dengan milesian. Ia diperkirakan
berkibar sekitar 540 SM dan dia adalah murid dari Anaximander.
Seperti
Anaximander, Anaximanes berpendapat bahwa prinsip pertama dari segala benda
adalah tak terbatas. Ia menyatakan bahwa prinsip pertama tersebut adalah udara
karena udaralah yang meliputi seluruh alam dan menjadika dasar hidup bagi
manusia yang sangat diperlukan oleh nafasnya.[5]
Anaximenes
mengajarkan bahwa bumi datar dan melayang diudara, bahwa bintang-bintang
ditanam seperti paku dalam kristal dan benda-benda
langit bergerak mengitari bumi seakan-akan seperti topi yang mengitari kepala
kita. Ia juga menjelaskan bahwa terjadinya gempa bumi merujuk pada pilihan
pertukaran bumi antara keadaan kering dan basah. Aetius menyatakan bahwa ia
telah mengatakan matahari adalah datar seperti daun dan smua benda langit
seperti api tetapi mempunyai benda-benda bumi diantara benda-benda tersebut.[6]
4)
Pythagoras
(571-496 SM)
Ia
adalah ahli matematika dan mistik, lahir di Samos, sebuah pulau dekat pantai Ionia, tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di Croton (sebelah
selatan Italia).[7]
Aristoteles mengatakan bahwa pythagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti
udara dan air merupakan prinsip semua benda : modifikasi angka sedemikian rupa
menjadi keadilan , yang lain menjadi jiwa dan nalar, yang lain lagi menjadi
kesempatan dan sama halnya hampir semua
benda yang lain secara angka bisa dijelaskan.
Angka,
bagi pythagoras adalah materi dan makna cosmos. Ia berpendapat bahwa genap dan
ganjil secara bersama-sama menghasilkan kesatuan dan kesatuan itu menghasilkan
angka yang merupakan sumber semua benda.[8]
5)
Heraclitus
(544-484 SM )
Menurut
Diogenes Laertius mengatakan bahwa Heraclitus sangat sombong dan angkuh hingga
akhirnya menjadi manusia pembenci yang hidup di pegunungan dan memakan
rerumputan serta tanam-tanaman.[9]
Heraclitus
menyatakan bahwa “You can not step twice into the same river; for the fresh
waters are ever flowing upon you” (Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang
samadua kali karena air sungai itu mengalir).(Warner, 1961:26)
Menurut
Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin
berubah menjadi panas, begitupun sebaliknya. Itu berarti bila kita hendak
memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu selalu
bergerak dan gerakan itu menghasilkan perlawanan perlawanan-perlawanan. Pernyataan
itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah.[10]
6)
Parmanides
(501-492 SM)
Adalah
salah seorang tokoh relativisme yang penting, yang lahir pada akhir abad 16 SM.
Ia adalah warga negara Elea sebelah selatan Italia. Ia dikatakan sebagai logi
kawan pertama dalam segala segala filsafat, bahkan disebut filosof pertama
dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada deduksi
logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya, menggunakan metode intuisi.
Dalam
the way of truth Parmanides bertanya : Apa standar kebenaran dan apa ukuran
realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia menjawab : ukurannya ialah
logika yang konsisten.[11]
Parmanides
mengakui adanya pengetahuan yang tidak tetap dan berubah-ubah serta pengetahuan
mengenai yang tetap yaitu pengetahuan
indra dan budi. Menurut Permanides pengetahuan budi itu sangat utama karena ia
beranggapan bahwa pengetahuan indra dianggapnya keliru belaka, tidak mampu
mencapai kebenaran.[12]
7)
Zeno
Menurut
Plato ia lahir pada tahun 490 SM. Zeno dikenal karena paradoknya, ia adalah
murid dan pengikut Parmanides, Eleatik yang paling terkemuka, yang berpendapat
bahwa relitas adalah satu, tidak berubah dan tidak bergerak, dan realitas
dipahami dengan benar oleh nalar bukan indra.[13]
Zeno
dari Elea berusaha menunjukkan bahwa gerak hanya khayal belaka. Penalarannya
yang paling terkenal dalam hal ini menyatakan bahwa Achilles tak akan pernah
dapat mengejar kura-kura. Ini disebabkan kura-kura tadi akan selalu berada di
depan Achilles pada saat ia mencapai titik tempat kura-kura itu semula.
Mellisus memperbaiki pendirian Permanides dengan mengatakan bahwa ada, tidak
hanya tak terhingga dalam waktu, melainkan dalam ruang. Dengan demikian
pendapatnya ini menyimpang dari tradisi Yunani yang memandang ruang bersifat
berhingga.[14]
2.2. Perkembangan filsafat pada
zaman Yunani kuno
Dilihat dari pendekatan historis,ilmu filsafat dipahami melalui sejarah
perkembangan pemikiran filsafat.Menurut catata sejarah,filsafat barat bermula
di Yunani.Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos
yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM.
Perkembangan pemikiran
ini menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk mempergunakan akal dalam
memahami segala sesuatu.Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat barat
berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan,modern dan masa
berikutnnya.[15]
Pemahaman filsafat tidak
dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah pemikiran manusia itu
sendiri.Sebagiman pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi dengan corak
berpikir mitilogis.Corak pemikiran ini diwarnai dengan
pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan corak kehidupannya
sehari-hari.Dalam perkembangan selanjutnya manusia mulai berpikir yang lebih rasional
dengan disertai argumentasi-argumentasi logis.Dari sinilah fase awal dari
berpikir secar filsafati,manusia mulai merumuskan pernyataan-pernyataan logis
dan sistematis terkait dengan persoalan-persoalan yang tengah di hadapinya. Filsafat
Yunani muncul dari pengaruh mitologi,mistisisme,matematika dan persepsi yang
kental sehingga segalanya nyaris tidak jelas dan seakan mengacaukan pandangan
dunia.Kebudayaan mereka kaya dan kreatif namun dikelilingi oleh orang-orang
yang sportif dan kompetitif.Dari perkembangan pemikiran inilah muncul beberapa
pemikiran filosofis pada masa Yunani kuno antara lain
parmanides,Xenophanes,Thales,Aristoteles,Herklitus dan Pythagoras.[16]
Secar umum karakteristik
filsafat Yunani kuno adalah rasionalisme,yaitu suatu pemahamn tentang sebuah
pengetahuan yang lebih mengutamakn akal(logika).Rasionalisme Yunani itu
mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.
DAFTAR PUSTAKA
Collinson, Diane. Lima Puluh
Filosof Dunia yang Menggerakkan, Jakarta : PT Rajagravindo Persada, 2001,
Delfgaauw, Bernard. Sejarah
Ringkas Filsafat Barat, Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya,1992,
Poedjawijatna, Prof. I.R. Pembimbing
Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta : Rineka Cipta, 1997,
Tafsir, Ahmad, Prof. DR. Filsafat
Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2009,
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Pengantar Filsafat, Surabaya : IAIN SA Press, 2011
[1] Tim
Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel,Pengantar Fisalfat,(Surabaya:Sunan Ampel
Press),Cet.I,2011,hal.18
[2]
Poedjawijatna,Pembimbing ke arah Alam Filsafat ,(Jakarta:Rineka
Cipta),1997,hal.22
[3] Diane
Collinson, Lima Puluh Filosof Dunia yang Menggerakkan,(jakarta:PT Raja
Grafindo Persada),cet.1,2001,hal.5
[4] Ibid,6
[5] Ibid,8
[6] Ibid,8-9
[7] Ibid,10
[8] Ibid,11
[9] Ibid,13
[10] Ahmad
Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, Cet.17, 2009),49
[11] Ibid,49
[12]
Poedjawijatna,.., 24
[13] Diana
Collinson,...,18
[14] Bernard
Delfgaauw, Sejarah Ringkas Filsafat Barat, (Yogyakarta : PT Tiara Wacana
Yogya, Cet.1, 1992),8
[16] Tim
Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,..,17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar