short message

apabila kamu ingin mengenal dunia,maka membacalah..
namun jika kamu ingin dikenal dunia,maka menulislah...

Jumat, 13 Januari 2012

filsafat modern


A.   LAA Latar Belakang
Di dalam agama islam terdapat  suatu pemikiran atau itu sebuah pemikiran murni baik aspeknya menunjukan pemikiran murni atau pemikiran yang sudah di kombinasikan dengan lingkungan dan juga dalam pemikiran ini tidak ada batasnya , yaitu baik batasan secara syar’i atau batasan agama karena pemikiran ini bersifat radikal artinya mengungkap sebuah masalah hingga akarnya.
Ilmu inilah yang tidak asing lagi bagi kita semua yang telah duduk  di perguruan tinngi,  karena ilmu ini juga di sebut dengan induk dari segala ilmu adalah filsafat. karena ilmu apapun pasti di awali dengan pemikiran.pemikmiran yang radikal karena mahasiswa di tuntut untuk kritis suatu masalah tak heran jika mata kuliah pengantar filsafat mempunyai runtutan masalah dalam menyelesaikanya yaitu ada yang terdapat pada masa klasik dan masa modern.

B.Rumusan masalah                          
a)      Apa yang dinamakan filsafat modern ?
b)      Ap sajakah yang termasuk aliran filsafat modern ?
c)      Ada berapa aliran dalam filsafat modern?
C.Tujuan penulis
a)      Agar mengerti tentang filsafat modern.
b)      Dapat menguuraikan secara mendetail aliran filsafat modern
c)      Dapat mengetahui bagaimana cara berfikir filsafat modern.










Sejarah Filsafat Modern (1600-1900)
Berawal pada paruh abad ke-16 M, Setelah terlebuh dahulu dimulai oleh gerakan Renaisasce dan Humanisme di Eropa Barat (pertengahan tahun 1300-1600). Gerakan ini merupakan reaksi dari kekuasaan gereja , Upaya mereka melepaskan diri dari gereja membawa mereka pada penggalian dari karya-karya lama dari zaman Yunani Kuno. Pada masa ini sulit sekali dibedakan antara ilmuwan dan filsuf, sampai pada abad ke-18 pun apa yang dinamakan ilmu pengetahuan sering disebut dengan filsafat alam, atas dasar ini mereka mengajarkan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan tentang gejala alam bukanlah dengan mengacu pada ajaran gereja, melainkan pada eksperimen dan perhitungan-perhitungan matematis.. Menurut mereka, "Buku alam harus diinterogasi secara eksperimental dan matematis."
            Dalam filsafat muncul kegenderungan untuk menggali akar-akar pengetahuan. Namun berkembangnya ilmu-ilmu alam mendorong para filsus untuk bertanya tentang hakikat manusia, dari pertanyaan-pertanyaan tersebut menimbulkan berbagaimacam jawaban. Materialisme mengajarkan bahwa pada dararnya manusia adalah materi , jadi tidak berbeda-beda dengan materi lainnya yang ada dalam alam semesta iniSebaliknya idealisme mengajarkan bahwa jiwalah yang merupakan intisari manusia, sehingga segala gerak-gerik manusia adalah bersumber dari kekuatan yang bersifat rohani , yakni yang Illahi dan jiwa manusia itu sendiri.[1]









A.   Masa-Masa Filsafat Modern
      a.  Renaisance
Di dalam sejarah, para ahli banyak menunjuk masa di abad ke-15 Eropa sebagai awal masa modern Menurut Walter Kauffman, filsafat modern adalah filsafat yang berkembang pada masa abad ke-17 hingga awal abad ke-20 Masehi. Filsafat ini berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Masa reanaisans adalah masa tepat di mana organisasi kekuasaan terdahulu (gereja dan kerajaan) mulai “bermasalah”. Peran organisasi tersebut mulai dipertanyakan umat manusia sebab tidak mampu menjawab berbagai kejanggalan tentang hakikat kemanusiaan. Beberapa tokoh mulai memperkenalkan diskursus tentang negara bangsa sebagai pengganti kerajaan. Di saat yang sama, rasionalitas mulai mendapat perhatian di hati masyarakat Eropa.
Penjelasan singkat di atas menggambarkan bahwa pada dasarnya renaisans dimunculkan oleh dua motivasi besar. Pertama, karena penolakan terhadap gaya berpikir masa pertengahan dan kedua, keinginan untuk menghidupkan kembali kejayaan intelektual kuno (Yunani).[2]
Secara harfiah, renaisans memang berarti kelahiran kembali yang diturunkan dari bahasa Itali atau Latin rinascita atau renasci. Kelahiran kembali yang dimaksud adalah mengkaji kembali karya-karya pemikir Yunani awal
     b. Humanisme
            Istilah humanisme diawali dari Term humanis atau humanum (yang manusiawi) yang jauh lebih dulu dikenal, yaitu mulai sekitar masa akhir zaman skolastik di Italia pada abad ke 14 hingga tersebar ke hampir seluruhEropa di abad ke 16.
Terma humanis (humanum) tersebut dimaksudkan untuk menggebrak kebekuan gereja yang memasung kebebasan, kreatifitas, dan nalar manusia yang di inspirasi dari kejayaan kebudayaan Romawi dan Yunani. Gerakan humanis berkembang dan menjadi cikal bakal lahirnya renaisance di Eropa.
Dalam perkembangannya humanisme di Eropa menampilkan penentangan yang cukup gigih terhadap agama (dalam hal ini Kristen) dan mencapai puncaknya,ketika Augusto Comte mendeklarasikan “agama humanitarian” dan menggantikanagama yang dianggap tidak humanis.
Pertentangan ini terus berlangsung, hingga di pertengahan abad ke 20 para pemuka-pemuka Kristen mulai memberi ruang apresiasi bagi humanisme dan pada konsili Vatikan II (1962-1965) pihak Katolik memberi respon positif terhadap humanisme. Namun lucunya, ketika kalangan agama mulai mengapresiasi humanisme, diskursus filsafat justru mempropagandakan antihumanisme.
Humanisme sebagai sebuah term diskursus menuai berbagai pemaknaan ,tergantung berbagai sudut pandang dan tinjauan yang digunakan. A. Lalande, menyebutkan beberapa pengertian humanisme, yang diantaranya ada yang saling bertentangan. Salah satu pengertian humanisme adalah gerakan humanis di Eropa yang memandang manusia dalam perspektif “manusiawi’ belaka yang bertentangan dengan perspektif religius (agama).
Di samping itu, A. Lalande juga menyebutkanpengertian humanisme sebagai pandangan yang menyoroti manusia menurutaspek-aspek yang lebih tinggi (seni, ilmu pengetahuan, moral, dan agama) yangbertentangan dengan aspek-aspek yang lebih rendah dari manusia. Ali Syari’ati menyebutkan defenisi humanisme sebagai himpunan prinsip-prinsip dasarkemanusiaan yang berorientasi pada keselamatan dan kesempurnaan manusia.
Tampaknya dari berbagai defenisi mengenai humanisme, defenisi yang diajukanoleh Ali Syari’ati lebih mendekati arti humanisme dari sudut pandang etimologis (human atau homo = manusia dan isme = paham atau pandangan)[3].




B.   Faham-Faham Filsafat Modern
a.      Pragmatisme

Pragma berasal dari bahasa yunani,yang memiliki arti guna, perbuatan, tindakan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan yang bermanfaat. Artinya segala sesuatu dapat diterima asalkan dapat bermanfaat bagi kehidupan.
Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang Pragmatisme kepada dunia.
 Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.
            Pemikiran filsafatnya lahir karena sepanjang hidupnya mengalami konflik antara pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan  agama. Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Mereka mengiginkan hasil-hasil yang konkret. Dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya[4].
            Istilah pragmatisme ini sendiri sebenarnya mulai diangkat pada tahun 1865 oleh Charles S.Pierce bagi doktrin pragmatisme, yang diumumkannya pada tahun 1978. maka dari itu pragmatisme ini disebut pragmatisme menurut paham PIERCE[5]
            Sebaliknya dari pragmatisme Pierce yang dikembangkan dengan studi logisempiris, James membangun pragmatismenya lewat studi yang berkenaan dengan dengan psikologi dan kebutuhan vital manusia. Orientasi psikologi dan watak manusia begitu mempengaruhi pemikiran James. Ini menimbulkan filsafat yang praktis dan tidak murni teoritis. Olek karena itu, filsafat pragmatisme memntingkan melihat ke depan mengenaitujuan, akibat, atau hasil praktis filsafat itu sendiri. Ini begitu berdeda antara Pierce dan James, Perbedaan pokoknya ialah Pierce memandang pragmatisme sebagai pengertian yang selalu menunjuk yang konseptual, tetapi tidak pernah membicarakan masalah cara mengerti. Pada Pierce tujuan pragmatisme dan hasil praktisnya dipahami secara logis dan ilmiah, dan filsafat dibatasi pada masalah pengayaan intelektual, Sedangkan menurut James, tujuan pragmatisme dan hasil praktisnya dipahami secara moral, spiritual, dan secara individual, dalam arti pengembangan kemanusiaan.[6]
            Sebenarnya istilah pragmatisme lebih banyak banyak berati sebagai metode untuk memperjelas suatu konsep ketimbang sebagai suatu doktin kefilsafatan. Sehingga mengingatkan akan pentingnya tindakan dan tujuan manusia dalam pengalaman, pengetahuan, dan pengertian.
                       
b.      Fenomenologi
           
            Berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyatadan semua . Kebalikannya kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra. Dalam filsafat fenomenologi arti diatas berbeda dengan yang dimaksud yaitu bahwa suatu gejala tidak perlu harus diamati oleh indra karna gejala tersebut dapat dilihat secra batiniahdan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi apa yang dilihat dalam dirinya sendiriseperti aapa adanya.
            Pemikiran yang sedemikian beasar pengaruhnya terjadinya di Eropa dan Amerika antara tahun 1920 hingga 1945 dalam bidang ilmu pengetahuan positif. Tokohnya adalah Edmund Husserl (1839-1939), dan pengikutnya Max Scheler (1874-1928). Edmund Husserl lahir di Wina, Ia belajar ilmu alam, ilmu falak, matematika, kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Halle, Gottingen, Freiburg.
             Pemikirannya bahwa objek /benda harus diberi kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan deskriptif fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif[7]Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiric dalam bahasa Yunani dan Romawi atau experientia dalam bahasa Latin. Kedua kata ini berarti sesuatu yang dialami atau pengalaman.
Empirisisme memulai dengan ajakan bahwa akal manusia ibarat tabula rasa (blank tablet) atau kertas putih. Akal tidak akan berisi apapun kecuali dituangkan kepadanya informasi dari pengalaman. Empirisisme adalah pengetahuan perseptual.
Pemikir empirisme yang terkenal adalah John Locke. Locke adalah filsuf empiris dengan karya besar Essay Concerning Human Understanding. Kunci filsafat pengetahuan Locke adalah persepsi atau representasi. Bagi Locke, pengetahuan terjadi karena dua tahap; karena persepsi (external perception) yakni pertemuan pengalaman dengan indera, dan karena refleksi (internal perception). Refleksi tidak berasal dari ide yang innate, melainkan dari persepsi indera atas objek fisik yang telah diolah secara psikologis.[8]

c.       Positivisme
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Filsafat positivisme merupakan salah satu aliran filsafat modern yang lahir pada abad ke-19.
Pengawal positivisme yang utama adalah Auguste Conte (lahir 1798). Tulang punggung prinsip positivisme adalah bahwa pengetahuan manusia yang paling otentik adalah ketika ia didasarkan pada pengalaman faktual dan diakhiri dengan verifikasi positivistik atau ilmiah.
Menurut Conte Metode positif ini mempunyai 3 ciri, yaitu :
1. Metode ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode ini berusaha ke arah kepastian
3. Metode ini berusaha ke arah kecermatan
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwasanya flsafat adakalanya di perinci secara mendetail dan juga di samakan menurut kapan golongan itu muncul karena sesuatu itu tergantung zaman karena zaman pasti mempengaruhi dari pada apa yang akan di ungkapkan dan akan di bicarakan .

Begitu juga pula pada makalah yang kami bahas bahwasanya di dalm filsafat modern terdapat faham – faham yang faham ini sebetulnya sudah ada tapi tidak begitu kelihatan akhirnya adanya  reasince  yaitu zaman kebangkitan yaitu antara zamn terdahulu yang belum mempunyai ruang akhirnya pada akhir dari abad 15 sampai pada awal abd ke 17 munculah gerakan pembaharuan yaitu reasince yang akhirnya di susul dengan faham – faham lain yang telah kami uraikan secara panjang lebar di depan















Daftar Pustaka

Anshari, Endang Saifuddin.2009. Ilmu Filsafat &Agama. Surabaya : Bina Ilmu
Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafat Umum. Jakarta : Rajawali Pers
Tafsir, Ahmad. 2010.Filsafat Umum. Bandung : Rosda karya
Hardiman, Budi. 2007.Filsafat Modern .Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Saifuddin Anshari, Endang. 2009.Ilmu Filsafat & Agama :Surabaya : Bina Ilmu
Mandar http://hminews.com/news/humanisme-dalam-tinjauan-sains-filsafat-spiritualisme.com

                                                          



[1] Dr.Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat (Jakarta : Rajawali Pers) hal 110-112
[2] F. Budi Hardiman, Filsafat Modern (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2007),
[3] Mandar http://hminews.com/news/humanisme-dalam-tinjauan-sains-filsafat-spiritualisme.com

[4] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta : RajaGrafindo Persada,2010) hal 137-138
[5] H.Endang Saifuddin Anshari,MA, Ilmu Filsafat & Agama (Surabaya : Bina Ilmu,2009) hal 25
[6] Prof.Dr.Ahmad Tafsir, Filsafat Umum. hal 195-196
[7] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta : Rajawali Pers,2010) hal 148-149
[8] Julian Marias, History of Philosophy, transl. from Spanish by Stanley Appelbaum (New York: Dover Publication Inc., 1967), hal. 270

Tidak ada komentar:

Posting Komentar